Selasa, 26 Juni 2012

Bahasa Indonesia Dalam pergaulan Remaja


Nama                          : IKE NURROHMAH WIDYAWATI
NIM                              : B07211011
Kosma/Jur/SMT          : Azzam Bahtiar/Psikologi/2
Label                           : UTS
Mata Kuliah                 : Logika Scientifika
 






Ide                   : Bahasa Indonesia Dalam Pergaulan Remaja
Logika              : Silogisme
Keywords        : Remaja, Bahasa Indonesia, Pergaulan
Sampai 28 Oktober tahun 2012 ini, sudah 84 tahun usia bahasa Indonesia sejak pertama kali disebut secara resmi pada Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Kurun waktu yang tidak dapat dikatakan sebentar, tetapi tidak juga terlalu tua. Dalam rentang waktu tersebut, berbagai peristiwa berkaitan dengan bahasa Indonesia terjadi. Kongres bahasa Indonesia, berbagai ejaan yang muncul sejak Ejaan van Ophuysen sampai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, seminar-seminar, penelitian-penelitian, dan secara legal formal adalah ditetapkannya bahasa Indonesia secara resmi sebagai bahasa nasional dan bahasa negara dalam bab XV pasal 36 Undang-undang Dasar 1945.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi ini tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti telah disebutkan di atas adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi, dalam kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul fenomena menarik dengan adanya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI). Kekhawatiran sebagaian orang terhadap keberadaan bahasa Indonesia dalam SNBI muncul karena bahasa pengantar yang digunakan dalam beberapa mata pelajaran adalah bahasa asing. Padahal kalau kembali ke fungsi bahasa Indonesia, salah satunya adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa merupakan unsur yang sangat vital dalam berkomunikasi, yakni sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dewasa ini bahasa Indonesia sudah banyak versinya terutama dikalangan para remaja. Bahasa Indonesia sudah banyak mengalami perubahan terutama disaat melakukan percakapan antar sesama remaja. Banyak penambahan pada logat-logat bahasa Indonesia yang digunakan ketika percakapan sehari-hari. Banyak remaja-remaja yang sudah lupa bagaimana cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal dengan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka akan mempermudah mereka dalam mencari pekerjaan dikemudian hari.
Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa resmi di Negara kita ini tetapi peran bahasa Indonesia sangatlah penting dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama, dan pemakaiannya sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Sedangkan Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya.
Dan seiring dengan perkembangan zaman, maka pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan “Bahasa Gaul”. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa menjadi tidak baik dan tidak benar. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Namun bahasa gaul sebenarnya umum digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia.
Para remaja ingin mengekspresikan dirinya sendiri tanpa ada batasan antar sesamanya terutama dalam bidang berbahasa. Jadi untuk melampiaskan hasrat tersebut para remaja memiliki inisiatif tersendiri dalam menambah dan mengurangi bahasa-bahasa yang mereka gunakan sehari-hari dalam kelompoknya sendiri. Keinginan mereka ini juga didukung dengan menjamurnya internet dan situs-situs jejaring sosial juga berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul. Penikmat situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi agen dalam menyebarkan pertukaran bahasa gaul. Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini, akan dilihat dan bisa jadi ditiru oleh ribuan remaja lain.
Banyak gejala-gejala yang dapat menyebabkan timbulnya penyimpangan dalam bahasa Indonesia. Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama dikalangan remaja.
Dan apabila ditelusuri, bahasa gaul juga muncul di kalangan anak sekolah dasar karena pengaruh lingkungan. Umumnya mereka menyerap dari percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Atau meniru dari media massa, semisal dari adegan percakapan di televisi maupun mengikuti tren bahasa gaul di media cetak. Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang sesuai zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah “memble aje” atau “Biarin, yang penting kece” sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, “so what gitu loh”, “jayus”, dan “Kesian deh lo!”
Bahasa-bahasa mereka juga memiliki ciri-ciri yang signifikan yang ada dasarnya ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Hal itu dapat dilihat dari :
ü Pengunaan awalan e
Kata emang itu bentukan dari kata memang yang disisipkan bunyi e. Disini jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan (m). Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata aslinya.
ü Kombinasi k, a, g
Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti kag. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a. Huruf konsonan kedua diganti g. sehingga kata tidak menjadi kagak.
ü Sisipan e
Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf vocal a menjadi e. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan. Contoh lain yang merupakan jenis-jenis padanan kata yang ada dalam kamus alay:
•       Barang abal yang dipamerin ketemen terus dia ngaku beli di singapore. amrik . dan sbgainya. “eh liat nih gue beli gelang dijerman gituloh asli kalo ga salah sih dirupiahin 500 ribu ya.” padahal dia beli di itc aja!! yang 10 ribu 5 hahaha.
•       Tulisan gede-kecil. “aLoW kLiAnZ hArUz ADd GwE YaH!!” atau dengan a ngggka “K4Ng3nZ dWEcChh” NNNNNZZZZZ.
Seperti itulah gaya-gaya bahasa anak-anak remaja jaman sekarang yang agak sedikit terlihat aneh dan canggung di telinga kita. Anak-anak remaja memang senang melakukan eksperimen dalam hal apapun termasuk dalam hal berbahasa. Mereka senang dengan mencoba-mencoba apa yang menurut mereka bagus meskipun terdengar sedikit aneh dan gila.
Bahasa-bahasa seperti itu juga sering digunakan oleh banyak kalangan masyarakat bukan hanya remaja sebenarnya. Bahkan para orang dewasa pun senang meniru dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dalam percakapan mereka. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Negara kita ini kaya akan ragam bahasa dan budaya. Sehingga banya bahasa dan budaya yang baru kita ketahui dan menurut kita aneh maka itu akan menjadikan hal tersebut sebagai bahan tertawaan. Padahal hal tersebut akan membuat si pemilik bahasa tersinggung dan merasa tak nyaman.
Bahasa Indonesia yang baku itu tidak selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita meskipun gunanya lebih banyak dan lebih santun, namun bagi kebanyakan kalangan remaja masih belum bisa menggunakannya dengan benar. Jadi seharusnya pemerintah melakukan penerapan yang benar agar bahasa Indonesia dapat kembali ke masa kejayaannya seperti dulu.
Sebaiknya pemerintah juga menerapkan undang-undang tata bahasa yang benar. Karena dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
Pengembalian bahasa Indonesia menjadi bahasa yang baik kembali tidak semudah yang kita lihat. Karena anak-anak remaja sangat sulit untuk dikendalikan dan butuh tenaga ekstra untuk mengajari mereka bagaimana bentuk dan cara penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan formal. Dan sebenarnya pengembalian bahasa itu harus dimulai dari diri sendiri dan dukungan dari lingkungan sekitar mereka. Dan juga bisa melalui pembangkitan rasa nasionalisme yang ada pada diri mereka. Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia. Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
Selain bahasa daerah, bahasa-bahasa lain seperti bahasa Cina, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis berkedudukan sebagai bahasa asing. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi, bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Sebenarnya dengan kita tidak memperhatikan lagi bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia, maka akan semakin banyak hasil budaya dan bahasa kita yang diambil oleh Negara-negara tetangga. Karena yang sebnarnya bahasa resmi Negara kita ini sangatlah unik dan bagi Negara lain merupakan hal baru dan para turis banyak yang menyukai bahasa kita ini.
Dengan mengajak para remaja kembali menggunakan bahasa Indonesia yang formal dan benar maka kita tidak akan mudah untuk kehilangan jati diri dan nasionalisme Negara kita ini. Karena tunas bangsa adalah para remaja dan anak-anak yang masih sangat dini usianya. Dengan membimbing mereka semua dan mengajari mereka tata bahasa yang benar maka penyimpangan bahasa tidak akan pernah terjadi dan dapat dihindari.
Dan apabila kita menerapkan dan mencoba melakukan pengembalian para remaja pada bahasa Indonesia yang benar maka Negara kita ini tidak akan mengalami banyak variasi bahasa. Karena variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sedangkan variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
Dan yang sebanarnya tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Jadi sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi mari kita semua junjung tinggi bahasa kita yakni bahasa Indonesia dan mari kita terapkan tata cara berbahasa yang baik dan benar agar anak-cucu kita tidak lupa akan jati diri bahasa negaranya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate

Pengikut