Nama : IKE
NURROHMAH WIDYAWATI
NIM : B07211011
Kosma/Jur/SMT : Azzam Bahtiar/Psikologi/2
Label : UTS
Mata Kuliah : Logika Scientifika
|
Ide :
Bahasa Indonesia Dalam Pergaulan Remaja
Logika :
Silogisme
Keywords : Remaja, Bahasa Indonesia, Pergaulan
Sampai 28 Oktober tahun 2012 ini,
sudah 84 tahun usia bahasa Indonesia sejak pertama kali disebut secara resmi
pada Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Kurun waktu yang tidak dapat dikatakan
sebentar, tetapi tidak juga terlalu tua. Dalam rentang waktu tersebut, berbagai
peristiwa berkaitan dengan bahasa Indonesia terjadi. Kongres bahasa Indonesia,
berbagai ejaan yang muncul sejak Ejaan van Ophuysen sampai Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, seminar-seminar, penelitian-penelitian,
dan secara legal formal adalah ditetapkannya bahasa Indonesia secara resmi
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara dalam bab XV pasal 36 Undang-undang
Dasar 1945.
Sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional
bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi
modern. Fungsi-fungsi ini tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi bahasa Indonesia dalam
kaitannya dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti telah disebutkan di atas
adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi, dalam kegiatan/proses belajar-mengajar
bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal
ini, saat ini muncul fenomena menarik dengan adanya Sekolah Nasional Berstandar
Internasional (SNBI). Kekhawatiran sebagaian orang terhadap keberadaan bahasa
Indonesia dalam SNBI muncul karena bahasa pengantar yang digunakan dalam
beberapa mata pelajaran adalah bahasa asing. Padahal kalau kembali ke fungsi
bahasa Indonesia, salah satunya adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan.
Bahasa merupakan unsur yang sangat
vital dalam berkomunikasi, yakni sebagai alat komunikasi yang paling utama.
Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dewasa
ini bahasa Indonesia sudah banyak versinya terutama dikalangan para remaja.
Bahasa Indonesia sudah banyak mengalami perubahan terutama disaat melakukan
percakapan antar sesama remaja. Banyak penambahan pada logat-logat bahasa
Indonesia yang digunakan ketika percakapan sehari-hari. Banyak remaja-remaja
yang sudah lupa bagaimana cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal
dengan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka akan
mempermudah mereka dalam mencari pekerjaan dikemudian hari.
Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai
bahasa resmi di Negara kita ini tetapi peran bahasa Indonesia sangatlah penting
dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa
konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan
kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa
Indonesia yang benar menjadi prioritas utama, dan pemakaiannya sering
menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa
baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi,
integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering
digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan
menjadi tidak baik. Sedangkan Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi
tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di
dalamnya.
Dan seiring
dengan perkembangan zaman, maka pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa
anak remaja yang dikenal dengan “Bahasa Gaul”. Interferensi bahasa gaul kadang
muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan
penggunaan bahasa menjadi tidak baik dan tidak benar. Bahasa gaul merupakan
salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah
ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal
sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem
dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan
dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian
masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan,
dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dewasa ini, bahasa prokem
mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam
konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang
terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Namun bahasa gaul sebenarnya umum digunakan sebagai sarana
komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini
dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi
diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan
hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain
tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki
karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini
tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif
menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia.
Para remaja ingin
mengekspresikan dirinya sendiri tanpa ada batasan antar sesamanya terutama
dalam bidang berbahasa. Jadi untuk melampiaskan hasrat tersebut para remaja
memiliki inisiatif tersendiri dalam menambah dan mengurangi bahasa-bahasa yang
mereka gunakan sehari-hari dalam kelompoknya sendiri. Keinginan mereka ini juga
didukung dengan menjamurnya internet dan
situs-situs jejaring sosial juga berdampak signifikan terhadap perkembangan
bahasa gaul. Penikmat situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah
remaja, menjadi agen dalam menyebarkan pertukaran bahasa gaul. Tulisan seorang
remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini, akan dilihat dan
bisa jadi ditiru oleh ribuan remaja lain.
Banyak gejala-gejala yang dapat menyebabkan timbulnya
penyimpangan dalam bahasa Indonesia. Gejala bahasa yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan
terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri
berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya
dalam masyarakat terutama dikalangan remaja.
Dan apabila ditelusuri, bahasa gaul juga muncul di kalangan
anak sekolah dasar karena pengaruh lingkungan. Umumnya mereka menyerap dari
percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Atau meniru dari media massa,
semisal dari adegan percakapan di televisi maupun mengikuti tren bahasa gaul di
media cetak. Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang sesuai
zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah “memble aje” atau “Biarin,
yang penting kece” sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam
dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, “so what gitu
loh”, “jayus”, dan “Kesian deh lo!”
Bahasa-bahasa mereka juga memiliki ciri-ciri yang signifikan yang
ada dasarnya ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan
kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak
panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata
yang lebih pendek. Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur
kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan
kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang
tidak lengkap. Hal itu dapat
dilihat dari :
ü Pengunaan awalan e
Kata emang itu bentukan dari kata memang yang disisipkan
bunyi e. Disini jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan
huruf depan (m). Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan
merancu dari kata aslinya.
ü Kombinasi k, a, g
Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti
kag. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a.
Huruf konsonan kedua diganti g. sehingga kata tidak menjadi kagak.
ü Sisipan e
Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf
vocal a menjadi e. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan. Contoh lain yang merupakan jenis-jenis padanan kata
yang ada dalam kamus alay:
•
Barang abal yang
dipamerin ketemen terus dia ngaku beli di singapore. amrik . dan sbgainya. “eh
liat nih gue beli gelang dijerman gituloh asli kalo ga salah sih dirupiahin 500
ribu ya.” padahal dia beli di itc aja!! yang 10 ribu 5 hahaha.
•
Tulisan
gede-kecil. “aLoW kLiAnZ hArUz ADd GwE YaH!!” atau dengan a ngggka “K4Ng3nZ
dWEcChh” NNNNNZZZZZ.
Seperti itulah gaya-gaya bahasa
anak-anak remaja jaman sekarang yang agak sedikit terlihat aneh dan canggung di
telinga kita. Anak-anak remaja memang senang melakukan eksperimen dalam hal
apapun termasuk dalam hal berbahasa. Mereka senang dengan mencoba-mencoba apa
yang menurut mereka bagus meskipun terdengar sedikit aneh dan gila.
Bahasa-bahasa seperti itu juga sering
digunakan oleh banyak kalangan masyarakat bukan hanya remaja sebenarnya. Bahkan
para orang dewasa pun senang meniru dan menggunakannya dalam kehidupan
sehari-hari dalam percakapan mereka. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
Negara kita ini kaya akan ragam bahasa dan budaya. Sehingga banya bahasa dan
budaya yang baru kita ketahui dan menurut kita aneh maka itu akan menjadikan
hal tersebut sebagai bahan tertawaan. Padahal hal tersebut akan membuat si
pemilik bahasa tersinggung dan merasa tak nyaman.
Bahasa Indonesia yang baku itu tidak
selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita meskipun gunanya lebih banyak
dan lebih santun, namun bagi kebanyakan kalangan remaja masih belum bisa
menggunakannya dengan benar. Jadi seharusnya pemerintah melakukan penerapan
yang benar agar bahasa Indonesia dapat kembali ke masa kejayaannya seperti
dulu.
Sebaiknya pemerintah juga menerapkan
undang-undang tata bahasa yang benar. Karena dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan
masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara
lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar
bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang
Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan
kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
Pengembalian
bahasa Indonesia menjadi bahasa yang baik kembali tidak semudah yang kita
lihat. Karena anak-anak remaja sangat sulit untuk dikendalikan dan butuh tenaga
ekstra untuk mengajari mereka bagaimana bentuk dan cara penggunaan bahasa
Indonesia yang benar dan formal. Dan sebenarnya pengembalian bahasa itu harus
dimulai dari diri sendiri dan dukungan dari lingkungan sekitar mereka. Dan juga
bisa melalui pembangkitan rasa nasionalisme yang ada pada diri mereka. Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya
yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia
merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia. Bahasa daerah
yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional,
sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada
tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar
pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah
ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
Selain bahasa daerah, bahasa-bahasa lain seperti bahasa Cina,
bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis
berkedudukan sebagai bahasa asing. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa asing,
bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan antarbangsa, sarana
pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat untuk memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi,
bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara
Republik Indonesia.
Sebenarnya dengan kita tidak memperhatikan lagi bahasa
nasional kita yaitu bahasa Indonesia, maka akan semakin banyak hasil budaya dan
bahasa kita yang diambil oleh Negara-negara tetangga. Karena yang sebnarnya
bahasa resmi Negara kita ini sangatlah unik dan bagi Negara lain merupakan hal
baru dan para turis banyak yang menyukai bahasa kita ini.
Dengan mengajak para remaja kembali menggunakan bahasa
Indonesia yang formal dan benar maka kita tidak akan mudah untuk kehilangan
jati diri dan nasionalisme Negara kita ini. Karena tunas bangsa adalah para
remaja dan anak-anak yang masih sangat dini usianya. Dengan membimbing mereka
semua dan mengajari mereka tata bahasa yang benar maka penyimpangan bahasa
tidak akan pernah terjadi dan dapat dihindari.
Dan apabila kita menerapkan dan mencoba melakukan
pengembalian para remaja pada bahasa Indonesia yang benar maka Negara kita ini
tidak akan mengalami banyak variasi bahasa. Karena variasi bahasa terjadi
akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan
variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara
bahasa resmi atau bahasa tidak resmi. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan
dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,
khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus
dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sedangkan variasi
bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di
warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri.
Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak
pernah dalam pendidikan formal.
Dan yang sebanarnya tanggung jawab
terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa
Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa
Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga
negara Indonesia yang baik. Setiap warga
negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan
mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini,
antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada
era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor
kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa.
Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga
negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap
pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan
bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya
merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku
berbangsa Indonesia.
Jadi sebagai warga Negara Indonesia
yang baik dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi mari kita semua junjung
tinggi bahasa kita yakni bahasa Indonesia dan mari kita terapkan tata cara
berbahasa yang baik dan benar agar anak-cucu kita tidak lupa akan jati diri
bahasa negaranya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar