Tingkatan
Intelegensi
Tingkatan
intelegensi berdasarkan pengukuran sebagai berikut :
1.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 140 - keatas merupakan Jenius
2.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 130 -139 merupakan sangat cerdas
3.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 120 -129 merupakan cerdas
4.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 110 -119 merupakan diatas normal
5.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 90 - 109 merupakan normal
6.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 80 - 89 merupakan dibawah normal
7.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 70 - 79 merupakan bodoh
8.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 50 - 60 merupakan terbelakang (moron/debil)
9.
Intelegensi
Quontion yang mencapai 49 -kebawah merupakan terbelakang
Pada
dasarnya dalam kamus besar Bahasa Indonesia Tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis
atau berlenggok-lenggok seperti lenggek rumah, atau suatu kualitas atau keadaan
lebih tinggi atau lebih rendah dalam hubungan dengan titik tertentu (Depdikbud,
1994). Sedangkan Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi seperti,
kepandaian, ketajaman pikiran. Sejalan dengan itu Binet (dalam (Stein, 2003)
menyatakan bahwa kecerdasan adalah sebuah proses terpadu yang melibatkan
pertimbangan, pemecahan masalah dan penalaran. Dalam proses pembelajaran siswa
di sekolah banyak aspek yang berperan dan ikut memberikan sumbangan terhadap
keberhasilan penularan kemampuan yang berupa ilmu pengetahuan yang bersifat
teoritis dan ketrampilan yang bersifat praktis.
Kemampuan
ilmu pengetahuan berhubungan dengan kemampuan intelegensi atau daya jiwa (ingatan,
perasaan, perhatian, minat dan sebagainya). Kemampuan ketrampilan berhubungan
dengan aktifitas fisik, melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu dengan segala
kesadarannya. Tingkat kecerdasan siswa merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Bahri (2000) yang menyatakan bahwa:
“Intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya”. Selanjutnya Whitherington (1984) mengatakan bahwa: “Seorang dikatakan integensi apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat, tanpa mengalami masalah”.
Berdasar kedua pendapat di atas, kemampuan untuk menyesuaikan diri merupakan inti dari intelegensi. Sedangkan perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Kemudian Djamarah (2000) mengemukakan bahwa intelegensi merupakan:
“Intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya”. Selanjutnya Whitherington (1984) mengatakan bahwa: “Seorang dikatakan integensi apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat, tanpa mengalami masalah”.
Berdasar kedua pendapat di atas, kemampuan untuk menyesuaikan diri merupakan inti dari intelegensi. Sedangkan perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Kemudian Djamarah (2000) mengemukakan bahwa intelegensi merupakan:
a.
The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively
b.
The ability to utilize abstract can cepts effectively
c.
The ability to grasp relationship and to quickly
Jadi
dapat dipahami intelegensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi
dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk menggunakan
konsep yang abstrak secara efektif dan kemampuan untuk memahami hubungan dengan
cepat.
Untuk
mengetahui tingkat kecerdasan (tinggi-rendahnya intelegensi) seseorang,
dikembangkan instrumen yang dikenal dengan “Tes Intelegensi” dengan menggunakan
pedoman perbandingan tetap antara umur logis dengan umur mental seseorang.
Dengan ini intelegensi ditunjukkan dengan perbandingan kecerdasan atau disebut
dengan istilah “Intelligence Quotient” yang biasa disebut IQ. IQ adalah ukuran
kemampuan intelektual, logika, dan konsep seseorang. Dengan demikian, hal ini
berkaitan dengan ketrampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan
sesuatu yang tampak.
IQ
mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian
pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi
objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir
abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dengan menerapkan
pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, angka rata-ratanya
100, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian
dengan gemilang, dan (bukan kebetulan) meraih nilai yang baik dalam ujian.
Sejalan dengan pengertian di atas Salovey dan Mayer (dalam Stein, 2003)
menyatakan: “IQ adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya,
mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan
intelektual”.
Berhubungan
dengan intelegensi ini, dampak perkembangan selanjutnya banyak para ahli
membuat klasifikasi intelegensi manusia. Gairison (dalam Azwar, 1996)
mengklasifikasikan tingkat kecerdasan pada Tabel 2.1. Sedangkan Wart dan
Marquis (1995) telah mengemukakan klasifikasi intelegensi pada tabel berikut:
Tabel
1. Distribusi IQ untuk Kelompok Standarisasi Tes Binet
IQ
|
Presentasse
|
Klasifikasi
|
1
|
2
|
3
|
160-169
|
0,03
|
Sangat
superior
|
150-139
|
0,20
|
|
140-149
|
1,10
|
|
130-139
|
3,10
|
Superior
|
120-129
|
8,20
|
|
110-119
|
18,10
|
Rata-rata
tinggi
|
100-109
|
23,50
|
Rata-rata/normal
|
90-99
|
13,00
|
|
80-89
|
14,50
|
Rata-rata
rendah
|
70-79
|
5,60
|
Batas
lemah
|
60-69
|
2,00
|
Lemah
mental
|
50-59
|
0,40
|
|
40-49
|
0,20
|
|
30-39
|
0,03
|
Sumber:
Gairison (dalam Azwar 1996).
Tabel
2. Distribusi IQ untuk Kelompok Standarisasi Tes Baylley
Kelas
Interval Skor IQ
|
Klasifikasi
|
140
– ke atas
|
Genius
(luar biasa)
|
110
– 139
|
Very
superior (amat cerdas)
|
110
– 119
|
Superior
(cerdas)
|
90
– 109
|
Normal
(overage)
|
80
– 89
|
Dull
(bodoh)
|
70
– 79
|
Border
line (batas potensi)
|
50
– 69
|
Morrons
(debiel)
|
30
– 49
|
Embicile
(embisil)
|
Di
bawah 30
|
Idiot
|
Sumber:
Sumanto (1994)
Melihat
data hasil intelegensi, kita dapat menggunakan tabel klasifikasi di atas
sebagai acuan dasar untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa, selanjutnya
dapat mengelompokkan kemampuan intelegensi siswa sebagai data penelitian.
Meskipun masih ada beberapa psikolog meragukan hasil tes intelegensi karena
memandang alat tes atau alat ukur yang digunakan untuk mengetahui IQ seseorang
belum cermat, maksudnya tes untuk mengukur intelegensi akademik dan tes untuk
mengukur intelegensi praktis seharusnya menggunakan alat ukur yang berbeda.
Namun hasil tes itu cukup untuk memberikan gambaran pada kita kemampuan IQ
siswa, ditinjau dari segi kemampuan akademik saat ini.
Sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya bahwa tingkat intelegensi siswa yang satu dengan
siswa yang lain berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi
seseorang sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain
adalah:
a.
Pembawaan, yaitu sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir, kenyataan
menunjukkan ada siswa yang pintar dan ada siswa yang bodoh, meskipun menerima
pelajaran yang sama.
b.
Kematangan, yaitu kematangan yang berupa fisik maupun psikis, dapat dikatakan
matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing.
c.
Pembentukan, ialah segala keadaan di luar diri siswa yang mempengaruhi
perkembangan intelegensinya, disengaja atau tidak.
d.
Minat dan pembawaan yang leka, yakni dorongan-dorongan yang menuntun manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e.
Kebebasan, artinya manusia bebas memilih metode atau bebas memilih masalah
sesuai dengan kebutuhan (Ngalim, 1990).
Dengan
demikian kita sebagai pendidik bisa menyadari akan adanya perbedaan-perbedaan
tersebut dan dapat memilih metode-metode yang tepat dalam menyampaikan
pelajaran. Semua faktor di atas bersangkut paut menjadi satu. Untuk menentukan
seseorang berintelegen atau tidak, tidak bisa berpedoman pada salah satu faktor
saja, sebab intelegensi adalah faktor total. Dari batasan-batasan yang
dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa:
a.
Intelegensi adalah merupakan faktor total, menyangkut berbagai macam daya jiwa
yang erat
b.
Intelegensi hanya dapat diketahui dari tingkah laku atau perbuatan yang nampak
melalui “kelakuan intelegensinya”
c.
Intelegensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja, tetapi faktor
lingkungan dan faktor pendidikan ikut berperan.
d.
Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan
yang baru dan dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mencapainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar